Bulan Desember hingga Januari menjadi waktu yang sering dipakai banyak orang untuk merefleksikan hidup dan menyusun rencana untuk masa depan. Selama hampir seperempat abad kehidupan saya, tidak jarang saya ikut-ikutan menyusun daftar resolusi yang ingin saya capai di tahun berikutnya. Mulai dari janji untuk menyelesaikan satu buku setiap bulan, menulis lebih sering di blog ini, berkomitmen pada pola makan yang lebih sehat, belajar memasak, lebih rutin berolah raga. You name it, I have set my mind up to do it all. Hampir di setiap tahun, terutama di tiga bulan pertama, biasanya saya masih ingat dan semangat t o stick with the commitment . Apa mau dikata, bulan-bulan berikutnya saya cenderung tenggelam dalam bermacam kesibukan (dan alasan) sehingga akhirnya lebih memilih untuk istirahat setiap ada waktu luang. Bad example, I know. Tahun 2017 saya tutup dengan keyakinan bahwa tahun berikutnya akan menjadi tahun yang adventurous . Insya Allah akan ada tanggung jawab baru yang mungk
One day I had a chance to spend the night in a decent hospital located in Jalan Jenderal Gatot Subroto. Salah satu jalan protokol Jakarta dimana puluhan gedung pencakar langit berdiri di kanan kirinya dan ratusan kendaraan melintas tanpa henti dari malam sampai pagi. Saya terbangun pukul empat pagi dan menemukan banyak kendaraan bermotor yang sudah wara wiri Gatsu meski mentari belum muncul. Kebanyakan truk, mungkin bagian dari rantai distribusi yang mengantar bermacam barang kebutuhan sehari-hari. Banyak pula pengendara motor atau mobil pribadi, entah mereka yang baru menyelesaikan shift malam dan menuju peraduan, atau mereka yang sudah bangun sejak dini hari dan bersiap memulai pekerjaan. I thought to myself, wow, Jakarta. Kamu dan segala kompleksitasmu. You and all of your magic . Kamu yang dipenuhi jutaan orang yang terus mengeluh soal beratnya hidup. Kamu yang jadi saksi bahwa para pengeluh itu lalu bangun tiap hari dan mencoba bertahan sehari lagi. Sudah hampir lima tahun saya m
Teman sejati akan mengerti saat kita bilang, "Aku lupa" Teman sejati akan menunggu selamanya saat kita bilang, "Tunggu sebentar" Teman sejati akan selalu ada bahkan saat kita bilang, "Tinggalkan aku sendirian" Gw nggak sengaja ngebaca tulisan itu di hp sepupu gw, dan gw bener2 tersentuh waktu ngebaca itu. Gw nggak hanya bertanya siapa orang yang akan berbuat demikian kpd gw. Tp gw juga bertanya, apakah selama ini gw udah menjadi teman yang segitu sejatinya kpd temen2 gw. Gw punya perasaan yg cukup peka kalo ngomongin soal persahabatan. Dari pertemuan pertama, dan bagaimana gw melihat seseorang, gw cukup bisa menyimpulkan apakah orang tsb. bakal nyambung ato nggak sama gw selanjutnya. Demikianlah. Kesannya sotoy bgt yak? Tapi, sekarang2 ini gw udah nggak terlalu ambil pusing soal apa kata hati gw. Gw nggak langsung ngejauh dari seseorang saat hati gw kurang sreg. Gw mencoba untuk menyelidiki dia lbh lanjut, karna gw yakin suatu saat akan menemukan sisi yg m