One day I had a chance to spend the night in a decent hospital located in Jalan Jenderal Gatot Subroto. Salah satu jalan protokol Jakarta dimana puluhan gedung pencakar langit berdiri di kanan kirinya dan ratusan kendaraan melintas tanpa henti dari malam sampai pagi. Saya terbangun pukul empat pagi dan menemukan banyak kendaraan bermotor yang sudah wara wiri Gatsu meski mentari belum muncul. Kebanyakan truk, mungkin bagian dari rantai distribusi yang mengantar bermacam barang kebutuhan sehari-hari. Banyak pula pengendara motor atau mobil pribadi, entah mereka yang baru menyelesaikan shift malam dan menuju peraduan, atau mereka yang sudah bangun sejak dini hari dan bersiap memulai pekerjaan. I thought to myself, wow, Jakarta. Kamu dan segala kompleksitasmu. You and all of your magic . Kamu yang dipenuhi jutaan orang yang terus mengeluh soal beratnya hidup. Kamu yang jadi saksi bahwa para pengeluh itu lalu bangun tiap hari dan mencoba bertahan sehari lagi. Sudah hampir lima tahun saya m
Hello :) Seneng deh rasanya denger cerita dari temen2 di rumah soal serunya wisuda. Setelah berbulan2 rempong sama urusan UAN, akhirnya bisa santai2 lagi setelah dinyatakan lulus. Oh well, ngga nyantai2 juga sih, kan masih sibuk nyari kampus hehe. Anwway, kadang sedih juga sih kalo dipikir2. So this is how it works : Taun lalu saat saya seharusnya naik kelas 3, saya berangkat ke Amerika ( hehehe ) Setiap sekolah di Amrik sini punya sistem yang beda sih, sebagian dari mereka ngijinin exchange students buat transfer kredit mereka dari negara asal ke sekolah yang di Amrik. Jadi kalo emang kreditnya cukup buat lulus ya mereka bisa dapet diploma disini. But not all schools roll like that. Salah satunya, sekolah gw disini. Man, waktu pertama dikasih tau gw ngga bakal lulus disini, gw to be honest agak kecewa. I felt like I was going to waste my time; considering that I had to be a junior again. And next year when I would go home, I'd have to be a senior while all friends hav
Waktu saya kecil, televisi bisa dibilang sebagai salah satu hiburan terbaik bagi saya. Bagaimana tidak? Ais kecil yang dulu hanya sekolah dari pagi sampai siang, punya banyak sekali waktu untuk dihabiskan sebelum diajak tidur di malam hari. Televisi yang dulu masih sangat digdaya itu, menawarkan banyak sekali hal untuk dilihat tanpa perlu beranjak dari tempat duduk. Long story short, saya sangat menikmati waktu yang saya habiskan untuk menonton televisi. Kesenangan menonton televisi mulai berkurang saat saya duduk di bangku sekolah menengah atas. Durasi jam belajar di sekolah yang hampir seperti pegawai kantoran (pukul 06.30-16.30), ditambah kegiatan organisasi atau les tambahan sepulang sekolah, membuat saya mulai mendua dari hobi menonton televisi. Kebetulan waktu saya masih di SMA, kami semua sedang diperkenalkan pada sebuah hal baru bernama social media . Saya ingat betul ketika teman-teman saya mengajarkan saya untuk membuat akun Friendster di sela-sela pelajaran TIK di laborat