Ketika Bosan
Hey kamu, tahu tidak rasanya bosan?
Kalau saja kamu bisa membaca perasaanku sekarang, lantas menganalisanya, inikah yang namanya bosan? Aku sendiri tak paham. Bosan. Satu kata sederhana. Lima huruf saja. Tapi buatku pribadi, bosan merupakan salah satu dosa besar yang bisa kita lakukan sebagai manusia. Manusia hina yang mencinta. Tapi apa kita punya kuasa untuk mengatur rasa? Katanya tuhan maha membolak-balikkan perasaan hambanya. Lantas salah tuhankah bila kita merasa bosan?
Bosan yang suatu hari muncul itu tentu bukan salahku apalagi salahmu. Mari kita salahkan saja bosan yang biru itu. Aku terlalu mencintaimu untuk merasa bosan terhadapmu. Dan kalaupun suatu hari nanti bosan itu berhasil merajai sukmaku, tak akan aku biarkan ia masuk ke ruangan istimewa tempat kamu bertahta. Kamu harus percaya.
Tentu aku berharap kamu akan berperang sama sengitnya bila kelak bosan itu mampir ke hatimu. Kita manusia yang mencinta tentu berharap mendapat balasan yang -paling tidak- sama kan? Atau malah mencinta macam teori ekonomi, dengan modal seadanya berharap mendapat keuntungan sebesar-besarnya. Tenang saja, aku bukan tipe yang nomor dua. Aku tipe kuno yang mencinta sepenuh hati dengan risiko disakiti.
Biarlah. Biar aku titipkan hatiku ini untuk dipertaruhkan oleh keadaan. Bila nantinya bosan, atau dosa-dosa lainnya datang dan memporak-porandakan apa yang kita punya, paling tidak ada keindahan yang bisa aku ingat tentang kamu.
Jangan bosan ya.
Kalau saja kamu bisa membaca perasaanku sekarang, lantas menganalisanya, inikah yang namanya bosan? Aku sendiri tak paham. Bosan. Satu kata sederhana. Lima huruf saja. Tapi buatku pribadi, bosan merupakan salah satu dosa besar yang bisa kita lakukan sebagai manusia. Manusia hina yang mencinta. Tapi apa kita punya kuasa untuk mengatur rasa? Katanya tuhan maha membolak-balikkan perasaan hambanya. Lantas salah tuhankah bila kita merasa bosan?
Bosan yang suatu hari muncul itu tentu bukan salahku apalagi salahmu. Mari kita salahkan saja bosan yang biru itu. Aku terlalu mencintaimu untuk merasa bosan terhadapmu. Dan kalaupun suatu hari nanti bosan itu berhasil merajai sukmaku, tak akan aku biarkan ia masuk ke ruangan istimewa tempat kamu bertahta. Kamu harus percaya.
Tentu aku berharap kamu akan berperang sama sengitnya bila kelak bosan itu mampir ke hatimu. Kita manusia yang mencinta tentu berharap mendapat balasan yang -paling tidak- sama kan? Atau malah mencinta macam teori ekonomi, dengan modal seadanya berharap mendapat keuntungan sebesar-besarnya. Tenang saja, aku bukan tipe yang nomor dua. Aku tipe kuno yang mencinta sepenuh hati dengan risiko disakiti.
Biarlah. Biar aku titipkan hatiku ini untuk dipertaruhkan oleh keadaan. Bila nantinya bosan, atau dosa-dosa lainnya datang dan memporak-porandakan apa yang kita punya, paling tidak ada keindahan yang bisa aku ingat tentang kamu.
Jangan bosan ya.