untuk kamu yang belum bangun tidur

Selamat pagi kamu.
Aku tahu kamu pasti masih tidur saat ku tulis surat ini untukmu. Tapi biarlah, semoga kekuatan pikiranku cukup untuk menembus ruang mimpimu sehingga aku bisa mampir dan membacakan surat ini untukmu.
Mimpi. Katanya ia bunga tidur yang muncul dari obsesi kita untuk menjadi sesuatu, atau justru mimpi yang memanjakan kita untuk semakin bermimpi lebih tinggi lagi. 
Lantas mengapa semalam dan malam-malam sebelumnya, kamu sering mampir di mimpiku? Terobsesikah aku untuk menjadi sesuatu bagimu? Atau mungkin kamu, entah dengan kekuatan darimana, memang sengaja mampir untuk memanjakanku dan mengajak aku bermimpi lebih tinggi lagi.
Mimpi. Katanya jendela menuju tempat dimana kita mendapatkan pandangan sekilas tentang perasaan kita yang paling jujur dan dalam.
Butakah aku pada perasaanku sendiri? Sampai-sampai harus kutemui kamu lewat mimpi untuk menyadari perasaanku yang paling jujur dan dalam. Padahal rasanya aku ini sudah bertingkah macam buku yang terbuka di sudut meja. Semua orang bisa datang kapanpun mereka mau dan membaca segala perasaanku.
Mimpi. Katanya membantu kita menemukan solusi bagi teka-teki yang mengganggu saat kita bangun.
Salah. Ini tidak bekerja padaku. Karena setiap kali kamu mampir ke mimpiku dan membagi cerita-cerita baru yang tak pernah kamu bagi saat kita berjumpa di dunia nyata, dadaku malah disesaki dengan pertanyaan-pertanyaan lain tentangmu. Entah kapan niat dan keberanian akan berpadu dan memihakku agar aku sanggup mencari jawaban dari tanyaku itu.


Ah, maafkan aku yang sudah bicara macam-macam padamu di pagi hari. Ada banyak yang menjadi tanggunganmu dan aku harusnya paham hal itu. Percayalah aku mencoba untuk lebih memahamimu setiap harinya dan semoga ada cukup waktu bagiku untuk sampai ke sana.


Sudah, tak perlu kamu risaukan racauanku pagi ini. Lanjutkan saja tidurmu itu dan akan ku simpan surat ini untuk aku renungkan lagi malam nanti. 


Tuhan, izinkan aku menitipkan ia yang sedang tertidur padamu. Semoga tidurnya menjadi istirahatnya dari semua keburukan. Semoga kau berikan kekuatan baginya untuk menyelesaikan semua tanggung jawab yang kau pasrahkan padanya. Semoga kau berikan kekuatan padaku untuk menguatkannya kapanpun ia membutuhkanku.

Comments

Popular posts from this blog

The Perks of Being a Member of Working Class

It used to suck

On Perfect Marriage