Kepada kamu yang membuatku menunggu

Kepada yang terhormat, Kamu.

Langsung saja ya, tanpa ba bi bu. Karena aku bukan tipe orang yang tahu malu. Jadi apa yang aku rasakan tentang kamu ini sebaiknya aku sampaikan saja padamu. Mungkin kamu tidak peduli padaku sebesar aku mempedulikan kamu. Tapi aku harap kamu tahu betapa menyiksanya menunggu itu.

Oh? Mungkin kamu tidak paham rasanya ya? Kamu juga pasti tak sadar sudah melakukan ini padaku dan pada ratusan hati di luar sana.

Kamu. Ah. Aku sesungguhnya kehilangan kata. Tapi aku sudah lelah menanggung perasaan rindu ini sendirian. Rindu ingin mengetahui bagaimana kabarnya. Tapi kamu dengan teganya menjadi jurang pemisah antara aku dan dia. Aku tanpa sadar berteriak setiap menjumpaimu namun kamu hanya mampu terpaku. Bagaimana keadaannya? Tanyaku tepat di depan wajahmu. Kamu tidak peduli, wajahmu tanpa ekspresi.

Kamu. Ah. Kalau saja bisa aku transfer gundah dan gelisahku kepadamu. Supaya kamu tahu betapa akhir-akhir ini tidurku tak bisa tenang. Gamang. Dan semoga kamu tahu ini memang salahmu.

Aku harap permainan ini tak akan berlangsung lama.
Jangan terus-terusan kamu tarik ulur hatiku ini. Berharap. Kecewa. Harus menunggu lagi.

Salam untukmu, portal akademik yang setiap pagi aku buka dengan wajah cemas.

Comments

Popular posts from this blog

The Perks of Being a Member of Working Class

It used to suck

On Perfect Marriage