untuk seseorang

Untuk seseorang yang telah mengajarkan kepada saya betapa waktu itu adalah soal relativitas.

Ketika saya menyadari belum genap sembilan puluh hari berlalu sejak pertama kali melihatmu.
Belum ada sebulan sejak kamu secara tak sengaja menjadi bagian dari rutinitas harian saya.

Betapa kamu yang baru saya temui kemarin ini, sepertinya telah saya izinkan untuk menempati ruang istimewa dalam hati saya.
Sekali lagi, ini memang soal relativitas.

Call me old-fashioned, tapi saya percaya bahwa dua orang bisa bertemu karena memang sudah digariskan oleh yang maha kuasa untuk bertemu.

Jadi bukan kebetulan bahwa saya bertemu denganmu lalu merasa aman
merasa ringan,
merasa nyaman.

Seumur hidup saya selalu mencoba mencari makna dari apa yang saya rasakan.
I get stuck in searching for the right word to explain my situation and end up being screwed by so many words in the universe.

Saya selalu dipermainkan oleh kata-kata sampai akhirnya saya bertemu kamu.

Ketika saya sampai pada suatu titik dimana saya sudah tidak peduli pada kata ataupun makna.

Ketika saya memutuskan untuk tidak mendengar apa yang orang-orang bilang tentang kamu, tentang saya, atau tentang kita.

Ketika saya somehow tidak bisa memikirkan yang lain saat sedang sama kamu.

Ketika mendengar suaramu sebelum tidur menjadi hal yang sangat menyenangkan.

Ketika sosokmu menghilang di ujung jalan dan saya sudah tidak sabar menunggu hari esok supaya bisa bertemu lagi.

Ketika bangun di pagi hari saya begitu bersyukur masih diberi kesempatan melihat matahari dan berdoa supaya kamu diberi kesempatan yang sama.

Ketika masih ada begitu banyak hal yang ingin saya ceritakan tentang kamu tapi rasa malu memaksa saya untuk berhenti sampai di sini saja...

Untuk kamu,
Terima kasih sudah mampir dan menorehkan senyum dalam perjalanan saya.
Terima kasih atas semua tawa dan cerita yang kamu bagi selama ini.

Thank you for accepting me the way I am and letting me accept you for all you are.

Harus saya beri tahu betapa istimewanya kamu dan mudah-mudahan seistimewa itulah saya buat kamu.
Semoga tuhan masih berkenan membagi waktunya untuk kita habiskan bersama.

Terima kasih ya, Kamu :)

Comments

Popular posts from this blog

The Perks of Being a Member of Working Class

It used to suck

On Perfect Marriage